宇宙海賊の日記

November 29, 2011

海賊戦隊ゴーカイジャー 第40話 未来は過去に -review-

Episode 40 “Mirai wa Kako ni” (未来は過去に)
Skenario: Komura Junko
Sutradara: Takemoto Noboru

Setelah pada minggu sebelumnya fans disuguhi tribute episode untuk Denji Sentai Megaranger, kali ini fans kembali disuguhi tribute episode untuk Mirai Sentai Timeranger (2000-2001). Sesuai dengan tema time traveling yang diusung oleh “Mirai Sentai Timeranger”, perjalanan mengarungi waktu pun turut menjadi bagian dari episode 40 ini. Selain mengangkat tema perjalanan mengarungi waktu (ke masa lalu), episode ini juga mengajak fans untuk ‘mengintip sedikit’ masa lalu Ikari Gai.

Episode 40 dibuka dengan kemunculan Goujuu Drill yang muncul secara tak terduga dan menabrak Gokai Galleon ketika para bajak laut sedang menikmati makan siang mereka. Ketika Gai memeriksa kokpit Goujuu Drill, ia menemukan Time Emblem berisi pesan dalam format video hologram dari Domon, eks anggota Mirai Sentai Timeranger yang kini berada di abad 31, yang meminta Gokaiger untuk pergi ke masa lalu. Ia meminta Gokaiger untuk melindungi sebuah kuil pada tanggal 2 Oktober 2010. Ketika Don memeriksa kuil yang dimaksud Domon melalui situs Tomorrow Research News (yang terang-terangan memperkuat aura Timeranger pada episode kali ini), ternyata kuil tersebut telah dihancurkan pada tanggal 2 Oktober 2010. Berarti Domon meminta Gokaiger untuk mengubah sejarah dengan melindungi kuil tersebut. Bagian ini, IMO, sedikit kontradiktif dengan ‘pesan sponsor’ yang diberikan oleh Domon kepada Gokaiger agar mereka tidak menjalin komunikasi dengan orang di masa lalu agar tidak mempengaruhi sejarah.

Selain dimanfaatkan sebagai tribute episode dan untuk mengisahkan masa lalu Gai, episode 40 juga dipakai untuk menjelaskan kisah di balik kemunculan kelima orang bajak laut dalam film layar lebar Super Sentai Matsuri: Tensou Sentai Goseiger vs Shinkenger EPIC on Ginmaku yang diputar di bioskop-bioskop di Jepang sejak tanggal 22 Januari 2011. Tentu saja, ini merupakan sebuah upaya yang patut diacungi jempol dari TOEI. Berkat episode ini, kemunculan Gokaiger dalam film layar lebar tersebut tidak terasa seperti tempelan belaka untuk memperkenalkan Gokaiger kepada publik sebelum seri yang menampilkan mereka dirilis secara resmi. Dan meski Domon telah mengingatkan mereka untuk tidak menjalin interaksi dengan orang-orang di masa lalu, tentunya tidak mengapa kalau mereka mengalahkan lawan yang pastinya bakalan takluk di tangan anggota Super Sentai kan? Itu tidak akan mengubah sejarah… berbekal pemahaman tersebut plus rasa terima kasih kepada Shinkenger dan Goseiger yang telah memberikan kekuatan maha besar Super Sentai kepada mereka, Gokaiger mengalahkan pasukan dari Gedoushuu yang terdiri dari para Kyouka Nanashi-renjuu dan Kyouka Nosakamata yang dipimpin oleh Hone no Shitari. Khusus untuk bagian ini, seperti yang bisa diduga, adegan-adegannya diambil langsung dari versi layar lebar yang versi DVD-nya sudah lama dirilis. Lagipula memang tidak dibutuhkan adegan-adegan yang baru untuk menegaskan apa yang terjadi waktu itu karena adegan pertempuran dalam movie tersebut sudah dibuat sedemikian jelasnya.

Selain menampilkan Hone no Shitari dan makhluk-makhluk dari Gedoushuu, episode ini juga dipakai untuk mengisahkan kemunculan pertama makhluk-makhluk dari Kikai Gyoou Teikoku Matrintis sebelum mereka bertemu dan bertarung menghadapi Goseiger sebagai kelompok musuh yang ketiga. Episode ini menampilkan karakter Agent no Metal Alice dan Matroid bernama Shoot no Zan-KT 0 yang mendeteksi adanya reaksi energi dari kuil yang harus dilindungi oleh Gokaiger. Tidak hanya Matrintis, Gedoushuu pun muncul di kuil tersebut sebelum mereka dikalahkan oleh Gokaiger. Apa yang sebenarnya ada di kuil tersebut?

Episode 40 bisa dikatakan sebagai episode yang lebih berfokus pada karakter Ikari Gai. Selain memperoleh kesempatan untuk menceritakan masa lalunya kepada seorang bocah bernama Mirai (yang dilindungi oleh Gokaiger dari pasukan Gedoushuu), Gai juga memperoleh kesempatan lebih untuk unjuk kemampuan dalam menghadapi Shoot no Zan-KT 0. Dan setelah sekian lama tidak diperdengarkan, image song Gokai Silver kembali digunakan ketika Gai bertarung menghadapi Shoot no Zan-KT 0.

Tak ada tribute episode tanpa perubahan wujud menjadi anggota tim Super Sentai yang mendapat sorotan. Tentu saja, kali ini Gokaiger berubah wujud menjadi Timeranger dan kemudian bertarung menghadapi Shoot no Zan-KT 0. Khusus untuk adegan pertempuran kali ini, adegan-adegan ala film The Matrix yang dulu menjadi ciri khas yang membedakan Timeranger dengan tim-tim lainnya pun digeber dalam porsi yang wajar. Selain menggunakan gerakan-gerakan ala The Matrix, mereka juga menggunakan beberapa senjata yang dulu digunakan oleh Timeranger untuk mengalahkan Shoot no Zan-KT 0.

Sedikit bumbu drama yang manis namun getir juga ditambahkan ke dalam episode ini. Menurut saya, bumbu drama inilah merupakan salah satu faktor kejutan bagi episode 40. Siapa sangka Mirai, yang memiliki nama lengkap Moriyama Mirai, adalah anak dari Domon dan kekasihnya di abad 20-21, Moriyama Honami? Episode ini seakan-akan menjadi semacam konklusi tentang hubungan Domon dan Honami setelah seri Timeranger berakhir di tahun 2001. Bahkan Domon sendiri tidak tahu kalau ia dan Honami memiliki seorang anak. Ia baru mengetahuinya ketika Goujuu Drill kembali ke abad 31 dan Gai memasukkan foto Gokaiger bersama Honami dan Mirai di depan kuil yang harus mereka lindungi sebagai bukti kalau Gokaiger menepati janji mereka untuk melindungi kuil tersebut… meski mereka tidak tahu apa yang sebenarnya mereka lindungi. Kalau boleh jujur, bagi saya, episode ini menjelaskan SEBERAPA JAUH hubungan Domon dan Honami dulunya. Ternyataaaaa… sampai sebegitu jauh mereka berhubungan. Bisa dikatakan, bagian ini adalah bagian yang paling menyentuh dari episode ini. Domon, meski tahu kalau ia sudah punya anak, tetap tidak bisa mengubah sejarah dengan kembali ke abad 21 untuk menemui anaknya barang sedetik pun karena abad 31 punya aturan yang menegaskan kalau perjalanan mengarungi waktu yang berujung pada perubahan sejarah merupakan sebuah kejahatan besar. Bittersweet banget nggak sih? Dia tahu dia punya anak tapi dia nggak bisa menemuinya untuk mengatakan kalau dia adalah ayahnya. Tapi konsistensi harus tetap dijaga apapun yang terjadi.

Penulis skenario Komura Junko dengan cerdik menyelipkan adegan humor singkat menjelang episode ini berakhir. Adegan tersebut seakan-akan melepaskan penonton dari aura serius yang melingkupi episode ini sejak awal. Tanpa disadari oleh Gokaiger, mereka benar-benar ‘menikmati’ kejadian-kejadian di masa lalu sampai-sampai mereka lupa kalau Domon berkata kepada mereka kalau mereka akan menemukan kekuatan maha besar lainnya di masa lalu. Mereka baru sadar ketika Navi bertanya, “Jadi, kekuatan maha besar dari tim Super Sentai yang mana yang kalian peroleh?”. Dan kehebohan pun terjadi… karena Domon membohongi mereka dan mereka juga benar-benar lupa tentang kekuatan maha besar tersebut.

Bagian paling misterius dari episode ini, tentu saja, adalah alasan kenapa Gokaiger harus melindungi kuil tersebut dari tangan Matrintis dan Gedoushuu. Meski Gedoushuu tidak secara terang-terangan menyatakan kalau mereka ingin menghancurkan kuil itu, Agent no Metal Alice jelas-jelas berkata kalau mereka akan menghancurkan benda yang memancarkan energi tinggi dari kuil itu. Pertanyaannya, benda apakah itu? Siluet sebuah vas berwujud aneh diperlihatkan tersimpan di dalam kuil itu. Ternyata, vas tersebut adalah vas tempat Ninjaman berada! Ninjaman adalah bagian dari tim Ninja Sentai Kakuranger yang tidak muncul dalam Legend War bab pertama menghadapi Zangyack. Episode ini juga sekaligus menjawab rasa penasaran fans tentang alasan ketidakmunculan Ninjaman dalam Legend War. Pasalnya, dalam sejarah versi aslinya, kuil tersebut telah hancur bahkan sebelum Legend War dimulai. Karena itulah Ninjaman tidak berpartisipasi dalam Legend War. Dengan dilindunginya kuil tersebut oleh Gokaiger, sejarah pun bakal berubah. Dan bukan tidak mungkin Ninjaman akan muncul di hadapan Gokaiger dan memberikan kekuatan maha besar Kakuranger kepada para bajak laut kelak.

Komentar saya tentang episode ini hanya satu: luar biasa. Dengan cerdik, TOEI memasukkan berbagai hal dan memadatkannya dalam episode ini. Sekali mengayunkan dayung, beberapa pulau terlampaui. Plus episode ini memiliki kombinasi lengkap antara action, drama, sedikit komedi, dan misteri yang sengaja digantung dengan sedikit teaser yang memberikan bahan tebak-tebakan kepada fans. You did a great job, Komura Junko-san.

My score for this episode, without any doubt, A+.

November 21, 2011

海賊戦隊ゴーカイジャー 第39話 どうして?俺たち高校生 -review-

Episode 39 “Doushite? Oretachi Koukousei” (どうして?俺たち高校生)
Skenario: Komura Junko
Sutradara: Takemoto Noboru

Setelah selama dua minggu berturut-turut disuguhi episode-episode tentang akhir hidup Waruzu Giru, fans kembali berkesempatan menyaksikan tribute episode. Kali ini, giliran Denji Sentai Megaranger (1997-1998) yang memperoleh sorotan. Aktor Ooshiba Hayato yang dulu memerankan Date Kenta atau Mega Red kembali memerankan karakter yang sama dalam seri yang dibuat 13 tahun kemudian ini.

Salah satu hal menarik yang ditampilkan di episode 39 adalah bounty atau uang hadiah yang bakal diberikan oleh Zangyack kepada siapa saja yang berhasil menangkap atau menghabisi para bajak laut pasca tewasnya Waruzu Giru. Kepala Captain Marvelous sebagai pemimpin para bajak laut dinilai dengan UNLIMITED REWARD. Untuk kepala-kepala yang lainnya pun mengalami peningkatan yang bisa dibilang signifikan. (Dan besar kemungkinan ketakutan Don Dogoier mengenai semakin banyak orang yang akan memburu mereka bakal menjadi kenyataan.)

Sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Navi melalui otakara navigate, para bajak laut pergi ke SMA Moroboshi, sekolah tempat para anggota Megaranger menuntut ilmu dulu. Sedikit di luar dugaan saya, Kenta sudah menjadi guru di SMA Moroboshi. Somehow sedikit mengagetkan saja melihat Kenta yang menjadi seorang guru di sekolah almamaternya, bukannya Namiki Shun yang lebih serius atau Endou Kouichirou yang jelas kelihatan lebih kompeten untuk menjadi seorang pendidik. Tapi, di lain pihak, hal ini tentu saja menegaskan kalau setiap orang bisa berubah. Bahkan Kenta yang dulunya urakan pun bisa menjadi guru. Dan lebih di luar dugaan lagi, Kenta-lah yang membimbing para anggota klub komputer yang membantu para bajak laut untuk menemukan bom-bom yang dipasang oleh musuh di SMA Moroboshi. Sedikit tak bisa dipercaya mengingat Kenta dulu kerjanya kan nongkrong di game center melulu dan memang lebih piawai dalam bermain game dan bukannya berurusan dengan komputer. INET, organisasi yang dulu berada di balik Megaranger, turut disebut-sebut dalam episode kali ini. Dengan bantuan dari satelit milik INET, para anggota klub komputer dengan mudah menemukan lokasi tempat bom-bom berada. Sedikit terlalu mudah, malah.

Episode 39 menawarkan cerita yang sedikit berbeda tentang proses yang harus dilalui oleh para bajak laut sebelum mereka memperoleh kekuatan maha besar Megaranger. Kenta meminta keenamnya untuk menjadi siswa SMA Moroboshi selama satu hari sebelum ia memberikan kekuatan maha besar Megaranger. Apa maksud Kenta melakukan itu? Rupanya ia ingin agar para bajak laut, yang sebelumnya tidak pernah mengenyam pendidikan secara formal, dapat menikmati bangku sekolah sebagai bagian dari masa muda mereka. Dan seperti yang diharapkan oleh Kenta, para bajak laut memang memperoleh hal yang berharga selama mereka menjadi siswa sehari di SMA Moroboshi. Setidaknya mereka sadar kalau sekolah merupakan sebuah tempat bagi para remaja untuk mewujudkan impian mereka. Tentu saja, masing-masing melalui proses yang berbeda untuk menyadari hal tersebut.

Setelah muncul untuk terakhir kalinya di episode 31, kali ini Gokaiger kembali harus berhadapan dengan Basco ta Jolokia yang juga mengincar kekuatan maha besar Megaranger. Tapiiiii, rasanya agak aneh saja kalau Basco sampai harus memasang bom sebagai ancaman supaya ia bisa memperoleh kekuatan maha besar Megaranger. IMO, Basco lebih identik dengan cara yang kasar dan kejam dan bukannya main ancam-ancaman saja. Hi hi hi, sampai sebegitu jeleknya image Basco di mata saya.

Karena episode ini adalah tribute episode untuk Megaranger, tentu saja para bajak laut ‘harus’ berubah menjadi Megaranger dalam menghadapi Basco. Berbagai elemen dari Megaranger ditampilkan dalam episode ini dan bisa dikatakan kalau elemen dari Megaranger yang tampil dalam episode ini lebih banyak daripada elemen-elemen seri lain yang ditampilkan dalam tribute episodes bagi seri-seri lain tersebut. Apa saja elemen dari Megaranger yang digunakan oleh Gokaiger ketika mereka bertarung menghadapi Basco? Pertama, ada Cyber Sliders dan Auto Slider yang digunakan seperti sebuah papan seluncur namun bisa terbang. Selain kedua ‘kendaraan’ tersebut, mereka juga menggunakan senjata seperti Mega Tomahawk; Mega Rod; Mega Sniper; Battle Riser; Drill Sniper dan Drill Sniper Custom; Blazer Impact; Virtual Hologram; Mega Sling; Mega Capture; dan senjata gabungan Multi Attack Rifle. Baru kali inilah ada sebegitu banyak senjata yang digunakan dalam satu tribute episode.

Secara cerita, memang rasanya tidak ada yang terlalu istimewa yang ditawarkan oleh episode 39. Apalagi kita sama sekali tidak berkesempatan untuk melihat seperti apa wujud kekuatan maha besar Megaranger karena kekuatan tersebut baru diberikan menjelang akhir episode ini. Untungnya, meski masih menyisakan penasaran bagi fans tentang kekuatan maha besar tersebut, episode ini berhasil menampilkan cerita yang cukup menggigit tentang kehidupan sekolah dan apa yang hendak disampaikan oleh Kenta kepada Gokaiger sebagai ganti dari kekuatan maha besar Megaranger yang ia serahkan.

My score for this episode: B.

November 15, 2011

海賊戦隊ゴーカイジャー 第38話 夢を掴む力 -review-

Filed under: tv series — Tags: , , , , — uchuukaizoku @ 23:50

Episode 38 “Yume wo Tsukamu Chikara” (夢を掴む力)
Skenario: Shimoyama Kento
Sutradara: Watanabe Katsuya

Akhirnya, tibalah kita pada bagian penutup dari dua episode yang berkisah tentang akhir hidup dua karakter dari sisi Uchuu Teikoku Zangyack. Setelah selesai menyaksikan episode 38 ini, rasanya emosi saya jadi campur aduk secara nggak jelas. Dari sisi cerita, it’s still so acceptable. Hanya saja, ada sedikit aspek dari episode 38 yang bikin… how to explain it? Mungkin karena saya sedikit berekspektasi terlalu tinggi terhadap ‘sesuatu’ makanya jadi kecewa setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Secara cerita, episode 38 terasa sedikit terburu-buru dan terlalu dipadat-padatkan. Rasanya seperti dikejar-kejar target untuk ‘membunuh’ dua karakter dari Zangyack: Waruzu Giru dan Barizorg. Mungkin akan lebih menarik seandainya bagian yang satu ini dibuat sedikit lebih panjang, mungkin dengan cara menambah satu episode lagi. Jadi episode 38 itu berkisah tentang Joe Gibken dan Barizorg saja, episode berikutnya barulah pindah ke bagian tewasnya Waruzu Giru. Hanya saja, mungkin karena keterbatasan jumlah episode dan berbagai faktor lain, episode tewasnya Waruzu Giru dan Barizorg akhirnya dijadikan satu episode saja. Seandainya saja jumlah episode “Kaizoku Sentai Gokaiger” tidak terpaku pada jumlah episode yang biasa diberikan pada seri tokusatsu produksi TOEI yang ditayangkan oleh TV Asahi. *fans banyak maunya* Kan bisa saja diberikan perlakuan khusus mengingat seri ini adalah seri untuk merayakan ulang tahun Super Sentai yang ke-35. *malah makin menjadi-jadi*
Sisi positifnya, penulis skenario Shimoyama Kento cukup berhasil dalam menutup bab tentang Joe dan Barizorg. Bagian akhir dari ‘rivalitas’ dan persahabatan Joe serta Sid Bamick yang diubah paksa menjadi Barizorg terasa cukup menyentuh meski gregetnya terasa kurang karena… ya itu tadi, episodenya terlalu dipadat-padatkan.

IMO, episode ini jadi terasa padat karena selain dijejali dengan kematian Waruzu Giru dan Barizorg, kita juga diajak untuk melihat bagaimana persepsi Marvelous tentang arti dari ‘melindungi (sesuatu)’ yang seharusnya. Marvelous yang pada awalnya ‘terperangkap’ pada persepsi sempit mengenai hal tersebut akhirnya menyadari kesalahan pada persepsinya setelah Aka Red muncul dalam mimpinya dan memberitahukan Marvelous tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Para bajak laut yang tergabung dalam Gokaiger bukanlah Akaki Kaizoku-dan. Lima orang kru yang bersamanya di Gokai Galleon adalah rekan-rekan yang tak tergantikan yang akan terus bersamanya untuk meraih impian mereka. Dan, di luar dugaan, kekuatan untuk meraih dan menggenggam impian tersebut adalah wujud dari kekuatan maha besar Kaizoku Sentai Gokaiger. To my surprise, the space pirates did have their own Grand Power.

Ketika kekuatan maha besar Kaizoku Sentai Gokaiger muncul, kekuatan tersebut mengambil wujud Kanzen Soul yang digunakan untuk membentuk Kanzen Gokai-Ou. Dan dengan menggunakan Kanzen Gokai-Ou, Gokaiger berhasil mengalahkan Waruzu Giru yang bertempur dengan menggunakan kendaraan tempur terkuat milik Zangyack, Great Waruzu. Secara wujud, Kanzen Gokai-Ou tampak meyakinkan. Setidaknya kesannya tidak seperti tumpukan kendaraan yang asal ditumpuk biar tingginya bisa menyaingi menara dan bisa digerakkan. Makanya beberapa konsep penggabungan mecha yang ditampilkan dalam beberapa tahun terakhir malah sukses bikin saya merinding sendiri ngelihatnya. Lha wong cuma asal numpukin kendaraan doang gitu lho… o_____O;;;
Unfortunately, yang mengecewakan dari Kanzen Gokai-Ou adalah finishing move-nya yang… ealah, HANYA SEGITU SAJA? I expected something great from the mecha which was said as the ultimate form of Gokai-Ou… and what happened? The finishing move was just so lame. Goren Gokai-Ou‘s Gokai Hurricane Cassiopeia is still the coolest finishing move given to the variations of Gokai-Ou.

Setelah tewasnya Waruzu Giru, saya jadi bertanya-tanya bagaimana perkembangan cerita seri ini selanjutnya. Apakah mungkin sang penguasa tertinggi Zangyack, Akudosu Giru, bakalan turun tangan untuk menginvasi bumi?

Jadi, episode ini meninggalkan mixed-feeling yang… yah, sebenarnya rada tak penting juga sih. Karena masalah terbesar buat saya sebenarnya hanya ada pada finishing move Kanzen Gokai-Ou saja kok. Meski ceritanya terkesan rada dicepat-cepatin, masih bisa diterima.

My score for this episode: B.

November 12, 2011

ゴーカイジャー ゴセイジャー スーパー戦隊199ヒーロー 大決戦 -review-

Gokaiger Goseiger Super Sentai 199 Hero Daikessen
Skenario: Arakawa Naruhisa
Sutradara: Takemoto Noboru

Salah satu movie tokusatsu yang paling ditunggu-tunggu oleh fans tokusatsu selama berbulan-bulan, mungkin (atau malah pasti?), adalah movie kolosal yang dirilis untuk genre Super Sentai. Ya, apa lagi kalau bukan movie “Gokaiger Goseiger Super Sentai 199 Hero Daikessen” yang diputar di bioskop-bioskop di Jepang mulai tanggal 11 Juni 2011. Setelah mengalami penundaan selama kurang lebih 3 minggu pasca bencana alam gempa bumi dan tsunami yang melanda sebagian wilayah Jepang, film lintas generasi yang dinantikan oleh anak-anak dan sebagian besar orang tua mereka akhirnya dilempar ke pasar pada bulan Juni yang lalu. Saya sendiri akhirnya berkesempatan menyaksikan movie ini tadi malam setelah mengunduh hasil rip dari DVD rental yang memang selalu dirilis duluan ketimbang versi home video-nya. Jadilah saya menyaksikan movie ini semalam sambil… he he he, malu ngakunya, sibuk nge-tweet soal film ini.

Surprisingly, berbagai aspek dari film ini melebihi ekspektasi awal saya. Tadinya saya sempat mengira kalau film ini bakalan biasa-biasa saja meski dari judulnya memang terkesan bombastis dan WAH banget. *seperti biasa, tipe fans yang skeptis* Mungkin saya jadi tidak terlalu berharap banyak setelah menyaksikan sendiri movie “OOO, Den-O, All Riders: Let’s Go Kamen Riders” yang versi layar lebarnya dirilis 2 bulan sebelum “Gokaiger Goseiger Super Sentai 199 Hero Daikessen” dipasarkan. Pasalnya, movie yang overrated itu di luar dugaan kacau-balau secara cerita. Yang itu yang namanya movie untuk merayakan ulang tahun seri Kamen Rider yang ke-40? Too overrated for sure.

Dari segi cerita, saya memberikan jempol untuk skenario yang ditulis oleh Arakawa Naruhisa yang juga merupakan penulis skenario utama seri televisi “Kaizoku Sentai Gokaiger“. Sebagai seorang penulis veteran yang mulai menulis skenario untuk seri Super Sentai sejak tahun 1991 lewat “Chojin Sentai Jetman“, Arakawa-sensei benar-benar tahu apa yang harus dia tulis. Ide untuk menjadikan seluruh tim Super Sentai berasal dari sebuah universe yang sama jelas lebih ‘kena’ dibandingkan konsep dunia alternatif yang digunakan di seri “Kamen Rider Decade” yang kemudian sepertinya menular ke beberapa seri berikutnya. Setelah selama beberapa tahun terakhir ‘dihajar’ secara beruntun oleh movie-movie Kamen Rider dengan setting dunia alternatif yang ujung-ujungnya malah berasa nonton fanfic, kehadiran movie kolosal yang ber-setting di satu dunia yang sama, tentu saja, terasa menyegarkan. Kalau beberapa movie Kamen Rider membuat saya merasa seperti menonton fanfic yang ditulis oleh penulis skenario Yonemura Shoji – yang, OH MY GOD, dia sebenarnya lagi menulis skenario film layar lebar atau malah mengerjakan fanfic yang dibuat super bombastis tapi intinya kosong? – movie yang satu ini membuat saya seperti menyaksikan Super Sentai Matsuri tapi dalam skala yang lebih besar dan durasinya pun lebih panjang. Dengan mengambil setting di antara episode 16 dan 17 seri televisinya, Arakawa-sensei berhasil membangun kontinuitas cerita dengan baik dan apik. Bandingkan dengan movie-movie Kamen Rider yang sifatnya keroyokan dan ujung-ujungnya malah bermuara di alternate universe yang dicampuradukkan secara paksa tanpa penjelasan yang memuaskan.
Cerita untuk movie ini, IMO, berhasil dibangun secara menarik. Arakawa-sensei tidak lupa menyisipkan adegan humor melalui ucapan yang sinkron melulu dari awal sampai akhir yang keluar dari mulut Luka dan Moune. Rasanya lucu melihat keduanya sibuk menyuarakan isi hati mereka yang ternyata sama persis.

Dari segi karakter, sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi secara panjang lebar. Aktor dan aktris yang memerankan para bajak laut, seperti biasa, berhasil menghidupkan karakter-karakter mereka dengan baik. Dan bagaimana saya bisa bersikap objektif kalau kita sudah bicara soal perannya Ozawa Ryota dan Shimizu Kazuki sebagai Captain Marvelous dan Don Dogoier? As for the angels, they’re just annoying, as always. Saya sudah antipati dengan para malaikat ‘gadungan’ ini bahkan sebelum seri yang menampilkan mereka selesai ditayangkan, makanya jangan pernah berharap saya bisa memberikan dukungan kepada mereka. Nggak dicela dan dicaci-maki saja sudah bagus banget. Beruntunglah, berkat kehadiran para bajak laut, level kebencian saya pada para malaikat ‘gadungan’ itu sedikit berkurang meski di beberapa adegan kok rasanya kepengen melempar mereka pakai sandal WC. *semakin tidak objektif, jadi sebaiknya berhenti menulis bagian ini*

Dari segi musik, rada kaget waktu mendengar opening theme-nya “Tensou Sentai Goseiger” malah diputar duluan di bagian awal movie ini. Sempat tergoda untuk bertanya, “Halo, ini sebenarnya movie Gokaiger atau Goseiger sih?”. Musically, tak ada yang istimewa dari movie ini. Hampir semua (atau jangan-jangan malah semua?) BGM yang dipakai sepertinya langsung dicomot dari 2 seri Super Sentai yang teranyar.

Dari segi adegan, saya berani bilang kalau adegan-adegan pertempuran dalam film ini digarap lebih baik ketimbang adegan-adegan yang ditampilkan di “OOO, Den-O, All Riders: Let’s Go Kamen Riders”. Paling tidak, kira-kira 30 menit isi film ini adalah adegan pertempuran yang, sayangnya, kok masih terasa kurang ya? *dilempar bom* Adegan pertempuran antara Gokaiger dengan Goseiger yang merupakan adegan standar pada bagian awal V-Cinema dan Super Sentai Matsuri memang tidak terasa istimewa, tapi adegan pertempuran antara Gokaiger dan Goseiger dengan 33 tim Super Sentai senior mereka jelas menarik. Durasi adegan pertempuran yang paling panjang, tentu saja, ada di bagian kolosal ini. Dalam adegan-adegan ini diperlihatkan bagaimana Gokaiger dan Goseiger berhadapan dengan tembakan gabungan yang dilepaskan oleh beberapa tim Super Sentai yang mempelopori lahirnya senjata berbentuk bazooka yang digunakan bersama-sama. Lalu ada pula adegan pertempuran antara satu-persatu anggota Gokaiger dan Goseiger yang menghadapi satu-persatu tim Super Sentai secara utuh. EPIC. Dan masih ada pula adegan pertempuran antara anggota Gokaiger dan Goseiger yang mengenakan kostum berwarna sama menghadapi para senior yang juga berkostum sama. Yah, paling hanya Gokai Green dan Gosei Black saja yang harus bertarung dengan para senior yang kostum-kostumnya juga berwarna hijau dan hitam.
Bagian lain yang cukup menarik dari movie ini adalah adegan Legend Taisen, perang besar menghadapi Uchuu Teikoku Zangyack, yang durasinya lebih panjang dibandingkan adegan yang dipajang di episode pertama “Kaizoku Sentai Gokaiger”.

Dari segi musuh… jujur, saya sedikit bingung dengan pilihan musuh-musuh yang harus dihadapi oleh Gokaiger dan Goseiger dalam movie ini. OK-lah kalau untuk Kuro Juuji Ou yang merupakan musuh dari seri Super Sentai pertama, “Himitsu Sentai Goranger“. Tapi bagaimana dengan Burajira? Kelihatan maksa banget buat saya. Please deh, setelah dia dimunculkan berulang kali dalam bentuk yang rada berbeda di tiga arc “Tensou Sentai Goseiger” yang sukses bikin saya muak dengan dia, rasanya dia nggak perlu dimunculkan lagi di sini. Kalau mau bicara soal jahat, masih ada banyak karakter jahat yang lebih jahat ketimbang dia kan? Lagian juga sepertinya bakalan seru kalau misalnya TOEI berani menampilkan karakter villain yang berwujud manusia seperti yang pernah mereka lakukan pada seri-seri terdahulu. Rasanya sedikit bosan kalau harus terus melihat karakter musuh yang mengenakan kostum bahkan sampai ke bagian wajahnya. Pastinya sih saya anti sama Burajira itu, ngapain juga dia muncul di sini? Nggak penting banget, really.

Salah satu keberhasilan film ini dibandingkan dengan “OOO, Den-O, All Riders: Let’s Go Kamen Riders” jelas ada pada karakter-karakter tamu yang dihadirkan dalam movie ini. OK, mungkin menghadirkan Takahashi Mitsuomi, Aizawa Rina, Suzuki Shogo, dan Sohma Keisuke bukan sesuatu yang membanggakan banget karena mereka juga muncul dalam seri Super Sentai yang diproduksi dalam 5 tahun terakhir. Tapi menampilkan beberapa aktor dan aktris yang dulu muncul di seri Super Sentai era 1970-an, 1980-an, dan 1990-an jelas merupakan prestasi tersendiri. Dan setidaknya juga wajah mereka ditampilkan di layar meski hanya dalam waktu yang relatif singkat. Bandingkan dengan para aktor Kamen Rider era Showa yang tidak ditampilkan di “OOO, Den-O, All Riders: Let’s Go Kamen Riders”. Boro-boro ditampilkan, suaranya saja diisi sama seiyuu gitu lho. Makanya, untuk kepuasan fans, jelas movie kolosal Super Sentai ini lebih kuat dalam unsur fan-service kepada fans dewasa yang mungkin menggunakan kesempatan ini untuk bernostalgia. Coba kalau ada lebih banyak aktor dan aktris yang ditampilkan, pasti jauh lebih wah lagi film ini. 🙂 *fans banyak maunya*

Lewat movie ini, TOEI juga berhasil ‘mempersingkat’ proses pencarian terhadap kekuatan maha besar Super Sentai yang harus dicari dan ditemukan oleh Gokaiger. 11 kekuatan maha besar, namely from Himitsu Sentai Goranger, JAKQ Dengekitai, Denshi Sentai Denziman, Dai Sentai Goggle V, Kagaku Sentai Dynaman, Choudenshi Bioman, Kousoku Sentai Turboranger, Gosei Sentai Dairanger, GoGo Sentai Boukenger, Engine Sentai Go-onger, dan Tensou Sentai Goseiger berhasil diperoleh dalam movie ini. Beberapa karakter yang sempat muncul di movie ini juga belakangan bakal muncul lagi dalam seri televisinya sebagai bagian dari tribute episodes.

Bagian yang sedikit absurd muncul ketika 33 tim Super Sentai bergabung membentuk Super Sentai Bazooka. Rasanya agak aneh saja melihat Kuro Juuji Ou yang berwujud raksasa bisa dikalahkan dengan satu tembakan dari bazooka yang harus diangkat oleh 11 orang itu. Mungkin ini adalah bagian yang bisa disebut sebagai ‘keajaiban’ dalam Super Sentai. Hi hi hi, dibandingkan Kamen Rider, Super Sentai memang memiliki lebih banyak keajaiban yang tak terduga. Dan movie ini jelas meng-abuse apa yang dinamakan keajaiban itu. Pasalnya, ada beberapa adegan yang terasa ajaib yang muncul menjelang cerita berakhir. It was fun to watch those scenes, really. Selain menampilkan dua kendaraan dari “Himitsu Sentai Goranger” dan “JAKQ Dengekitai”, movie ini juga menampilkan 31 robot yang berasal dari 31 seri Super Sentai setelah 2 seri pertama tersebut. Khusus untuk seri yang memiliki beberapa mecha, mecha pertama yang mendapat kehormatan untuk muncul dalam movie ini. Adegan kemunculan robot-robot tersebut, tentu saja, terasa amat ajaib dan bombastis. Sayang seribu sayang, ini yang menjadi salah satu nilai minus movie ini bagi saya, berbagai adegan yang menampilkan robot-robot tersebut langsung dicomot dari seri aslinya tanpa perubahan apapun lagi. Jadinya terasa kentara banget perbedaan antara adegan yang gambarnya halus yang dibuat di masa kini dengan adegan kasar yang terasa amat mentah yang dicaplok bulat-bulat dari seri aslinya. As for the CGs, porsinya lumayan banyak dalam bagian pertempuran robot / raksasa dalam film ini meski tak sampai mengganggu kenikmatan menonton. 🙂

Eksklusif untuk movie ini adalah formasi baru Goren Gokai-Ou yang merupakan penggabungan dari Gokai-Ou dengan Variblune. Finishing move dari Goren Gokai-Ou, Gokai Hurricane Cassiopeia, bisa dibilang sebagai finishing move terbaik dari Gokai-Ou dan segala variasinya. Sayangnya, Goren Gokai-Ou tidak pernah ditampilkan dalam seri televisinya sampai sekarang.

Bagi saya pribadi, movie yang satu ini benar-benar memuaskan meski masih terdapat berbagai kekurangan minor di berbagai aspek. Rasanya memang kita tidak bisa berharap terlalu banyak dari sebuah film berskala besar yang menampilkan begitu banyak karakter. Ada begitu banyak karakter yang jadi sekedar tempelan saja karena tidak kebagian jatah tampil. Meski demikian, kehadiran wajah-wajah lama benar-benar membawa para penonton dewasa kembali ke masa kecil mereka. Dibandingkan dengan V-Cinema Super Sentai dan Super Sentai Matsuri, film yang satu ini jelas lebih unggul dalam berbagai aspek. Rasanya tidak sabar menunggu perayaan ulang tahun seri Super Sentai ke-40. Ha ha ha, saya berharap bakal ada movie yang lebih kolosal dibandingkan movie ini. Tapi, untuk saat ini, saya hanya ingin menikmati semua yang ditawarkan oleh “Kaizoku Sentai Gokaiger” sebagai seri Super Sentai ke-35.

My score for this awesome movie: A.

By Kar-kun
Who is still waiting for his Blu-Ray order of “Gokaiger Goseiger Super Sentai 199 Hero Daikessen” to be sent from Hongkong.

November 7, 2011

海賊戦隊ゴーカイジャー 第37話 最強の決戦機 -review-

Episode 37 “Saikyou no Kessenki” (最強の決戦機)
Skenario: Shimoyama Kento
Sutradara: Watanabe Katsuya

Episode 37 merupakan episode pertama dari empat episode “Kaizoku Sentai Gokaiger” yang ditayangkan pada bulan November. Setelah pada 2 episode terdahulu fans disuguhi tribute episode, kali ini giliran non-tribute episode yang ditayangkan. Meski non-tribute episode cenderung kurang ‘dahsyat’ kalau dibandingkan dengan tribute episode yang selalu menghadirkan bintang tamu dan menjadi ajang nostalgia fans-fans lama, episode 37 dan 38 berbeda. Kenapa? Kedua episode ini bisa dikatakan merupakan episode krusial yang mungkin saja bakalan menjadi penutup bagi sebuah bab dan sekaligus menjadi awal yang baru pula.

Salah satu sorotan utama dalam episode 37 adalah Great Waltz, kendaraan perang terkuat yang dikirimkan oleh penguasa tertinggi Uchuu Teikoku Zangyack, Akudosu Giru, kepada anaknya, Waruzu Giru, yang memegang posisi sebagai komandan tertinggi pasukan Zangyack yang ditugaskan untuk melakukan invasi ke Bumi. Ketidakmampuan Waruzu Giru dalam menumpas para bajak laut luar angkasa akhirnya sampai di telinga ayahnya yang menugaskan dua orang Dogormin, yang merupakan pengawal pribadi Akudosu Giru yang kekuatannya setara dengan Kodou-taichou, untuk membawa Great Waltz ke Gigant Horse. Lewat adegan-adegan yang ditampilkan dalam episode kali ini, kita akhirnya mengetahui kalau bahkan Akudosu Giru pun menyadari inkompetensi anaknya sendiri sebelum ia mengirimkan Waruzu Giru untuk memimpin pasukan yang bertugas melakukan invasi ke Bumi. Karena itulah, Sanbouchou Damaras ditugaskan untuk mendampingi Waruzu Giru ke bumi. Tanpa diketahui oleh sang ayah dan Damaras, Waruzu Giru tahu kalau keduanya menganggap dirinya bodoh dan tidak kompeten. Karena itulah, ia memutuskan untuk mengendarai sendiri Great Waltz dan menyapu bersih para bajak laut yang telah menjadi duri di dalam daging bagi Zangyack.

IMO, desain dari Great Waltz tidak bisa dibilang terlalu keren gara-gara ada wajah yang mirip dengan wajahnya Waruzu Giru di bagian dadanya. Kesannya malah jadi sedikit norak, kalau boleh jujur. *kabur sebelum ada yang protes* Untuk kemampuan… well, standar robot musuh banget ya. Pertama kali keluar sih kuat, nanti pasti langsung kalah di pertarungan kedua setelah robot jagoannya memperoleh form yang baru. Serangan-serangannya punya wujud yang lumayan… meski serangan terkuatnya malah nggak terasa istimewa banget kedahsyatannya. *fans yang banyak komplain*

Hal lain yang cukup menarik dari episode ini adalah arti ‘melindungi sesuatu’ bagi Marvelous (dan para bajak laut yang berasal dari luar angkasa) dan Gai. Bagi Gai, kata ‘melindungi’ berarti melindungi Bumi namun Marvelous memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal itu. Sepertinya, ‘melindungi sesuatu’ terasa lebih personal bagi Marvelous mengingat ia masih tetap hidup berkat pengorbanan Aka Red ketika mereka diserbu oleh pasukan Zangyack pasca pengkhianatan Basco ta Jolokia dulu. Mungkin karena alasan itu pula makanya Marvelous memutuskan untuk mengorbankan dirinya ketika Goujuu Gokai-Ou pun tidak dapat mengimbangi kekuatan Great Waltz yang dikemudikan oleh Waruzu Giru. Secara paksa, Marvelous ‘mengeluarkan’ kelima rekannya dari kokpit Goujuu Gokai-Ou sementara ia sendiri tetap tinggal untuk menghadapi Great Waltz. Apakah ia bermaksud melakukan hal yang sama seperti Aka Red?

Episode 37 dan 38 jelas menjanjikan sesuatu yang tidak kalah bombastis kalau dibandingkan dengan tribute episode. Kalau sebelumnya para bajak laut berusaha untuk menemukan kekuatan maha besar dari tim Super Sentai pendahulu mereka, kali ini mereka akan menemukan kekuatan maha besar milik Kaizoku Sentai Gokaiger… kekuatan maha besar mereka sendiri. Dan dengan demikian, pertanyaan Machalcon tentang wujud kekuatan maha besar Gokaiger pun akan segera terjawab. Pertanyaan dari Machalcon di awal episode 37 sudah memberikan sedikit hint tentang apa yang mungkin akan terjadi di episode 37 dan 38. Lalu, jawaban tentang akhir dari hubungan Joe dan Barizorg pun akan terjawab….

My score for this episode: A.

Blog at WordPress.com.